Cari Blog Ini

Kamis, 17 Maret 2011

Translate Short horror story - The message of death

SURAT KEMATIAN
                                                                                                            Lembaga Museum
                                                                        London
                                                                        20 April 1900
Yang terhormat Bpk. Karswel,
     Saya telah menerima suratmu pada 18 April. Lembaga Museum tidak berkepentingan pada buku ajaibmu. Saya memberitahukan ini dalam surat lebih awal. Tolong jangan menulis untuk ku lagi. Saya tidak akan membalas suratmu yang lain.
                                                        Wassalam,
                                                        C. Dunning (Sekretaris)
P

ak Dunning selesai menulis dan menandatangani surat. Karswell yang menulis buku ajaib. Dia ingin memberikannya kepada lembaga museum untuk menjaganya di perpustakaan. Dunning adalah sekretaris dari lembaga itu. Dia berpikir bahwa buku itu omong kosong. Dia tidak ingin buku karswell ada di perpustakaan museum.
        Dua hari kemudian, Dunning pulang dengan tram listrik. Dia merasa lelah. Dia melihat iklan di iklan-trem sabun, cokelat, dan biscuit. Disana terdapat ulasan aneh dibaliknya. Tertulis pada kertas biru yang besar.

MENGENANG JOHN HARRINGTON.
MENINGGAL PADA 18 SEPTEMBER 1899.
DIA DIBERI TIGA BULAN UNTUK HIDUP.

Dunning menyentuhnya. Itu  bagian dari  jendela. Itu terdapat dalam kaca jendela. Dunning melihatnya lagi. Ulasan telah hilang. Hari berikutnya, dia berjalan sepanjang Piccadilly. Seorang pria datang menemui Dunning dan memberikannya selembar kertas. Dunning tiba-tiba merinding. Dia melihat sepotong kertas. Sebuah nama tertera didalamnya. Sebuah nama yang tertulis dalam kertas biru besar.
HARRINGTON
Dunning tidak mempunyai waktu untuk membaca selebihnya. Pria itu mengambil dari tangannya dan berlari menjauh. Dia menghilang dalam kerumunan. Dunning merasa heran.
        Dunning pergi ke Ruang membaca Museum Inggris dan duduk di meja. Dia mengambil beberapa kertas dari tas kantornya dan memulai membaca.
        Seorang pria besar dengan wajah tegap berjalan melewati meja. Dia menjatuhkan  kertas dunning di lantai. ‘Saya minta maaf sekali,’ucapnya dan mengambil kertas. Dia memberikan kertas ke Dunning dan berkata, ‘ini kau, saya yakin.’
        Dunning marah. ‘Ya, terimakasih,pak,’ucapnya dan mengambil kertas. Dia tiba-tiba merasa dingin.
        Pria dengan wajah tegap memberikan senyum jahat. Dia meninggalkan ruang baca dengan cepat. Dunning merasa tidak sehat dan memutuskan untuk pulang.
        Pak Farrer, teman Dunning,datang menjumpai di kamarnya. ‘apakah kamu baik-baik saja?’tanyanya. ‘tidak,saya merasa tidak enak badan,’Dunning menjawab.
‘Apa yang dikatakan pria itu kepadamu?’ Farrer bertanya. ‘ apakah kamu mengatahuinya?’
‘ Tidak, saya jangan,’Dunning berkata.
‘Bahwa nama pria itu Karswell,’ucap Farrer. ‘Dia adalah pria jahat.
        Dunning terkejut.
        ‘Apa yang kau katakan tadi?’ tanyanya.
        ‘Ceritanya panjang,’Farrer berkata. Pergilah dan makan siang bersama.’
Dunning memasukan kertasnya ke dalam tas kerjanya. Dua pria meninggalkan kamar baca dan berjalan keluar menuju jalan. Dunning merasa lebih baik.
Selama mereka makan siang, Farrer menanyai Dunning tentang Karswell.
‘Saya tinggal dekat Pak Karswell, ‘ dia berkata. ‘Karswell memiliki rumah besar dengan sebuah taman, disebut Lufford Abbey. Di Desa, Waktu kecil sering bermain di taman.
        ‘Karwell tidak senang anak-anak bermain di tamannya. Dia mengusir mereka dari taman tiap waktu-tetapi mereka selalu kembali lagi. Suatu hari, Karswell mengundang semua anak desa untuk pesta-teh. Kepala sekolah sangat terkejut. Dia menerima anak-anak ke Lufford Abbey selesai sekolah. Karswell memberikan suatu pertunjukan film.
        ‘Fim pertama yang ditunjukkan sebuah serigala putih bergigi panjang dan berkuku tajam. Kaswell membuat binatang mengerikan gaduh dan anak-anak yang lebih muda mulai menangis.
        ‘Kemudian sebuah film tentang seorang laki-laki kecil di taman. Itu adalah Taman Lufford Abbey – Dimana anak-anak menyukai bermain. Seorang pria dikejar seekor makhluk putih yang mengerikan. Pria itu berlari, tetapi makhluk putih itu menangkap pemuda itu dan memakannya. Semua anak-anak sangat ketakutan.’
        ‘Orang tua anak-anak sangat marah dengan kepala sekolah dan dengan Karswell,’ Farrer berjalan ditempat. ‘Tetapi Karswell memberikan sebuah peringatan. Tidak ada anak kecil yang bermain di Taman Lufford Abbey satu pun.’
‘Begitu menakutkan!’ Kata Dunning. Kemudian dia bertanya selanjutnya dengan pelan, ‘Apakah kau, atau apakah kau, tahu Pak John Harrington?’
‘Kau mengartikan John Harrington telah meninggal tahun kemaren?’ Farrer bertanya.
‘Ya, ucap Dunning. ‘Ceritakan –bagaimana Harrington mati?’
‘Dia keluar di pohon, ‘ Ucap Farrer.
‘ Keluar dari pohon? Begitu aneh. Apa yang dia lakukan di pohon?’ Dunning bertanya.
        ‘Tak seorangpun tahu,’ Ucap Farrer. ‘John Harrington terus pergi melintasi jalan Negara terakhir di malam hari. Polisi mengatakan dia telah berlari. Topinya jatuh dan memanjat sebuah pohon. Kemudian dia terjatuh dari pohon dan lehernya patah.’
‘Bagaimana kau tau cerita itu dengan baik?’ ucap Dunning.
‘Saya mendengar cerita dari saudara laki-lakiku, Henry,’kata Farrer.
 ‘Kau mengingat Henry Harrington, jangan-jangan kau? Kau bersama-sama dalam satu universitas. Henry tinggal tidak jauh dari sini – di Piccadilly.’
        Dunning pergi kerumahnya setelah makan siang. Dia menemukan sebuah catatan pada pintu rumahnya. Itu dari doktor.
Yang terhormat Dunning,
     Berita buruk. Diantara pelayanmu sakit. Saya yakin mereka memakan ikan yang buruk. Mereka semua di rumah sakit. Tolong kunjungi rumahku.
     Dr. Mallows
Dunning pergi ke Rumah Dr. Mallows’s. Doktor menceritakan apa yang telah terjadi.
‘Pelayanmu membeli beberapa ikan dari seorang pria di jalan,’doktor berkata. ‘Mereka menceritakan ku pria yang menjual ikan keliling di pinggir jalan. Itu asing, tetapi tak seorangpun yang tahu kalau buruk.’
        Dunning malam hari keluar dari Rumah Dr Mallows. Itu hampir tengah malam ketika dia kembali ke rumahnya. Dia sendirian di rumahnya. Dia pergi ke kasur, tetapi dia tidak bisa tidur. Dia mendengarkan suara gaduh-kegaduhan kecil-jam berdetak, pintu berbunyi. Dia merasakan dia mendengar suara gaduh di tangga. Siapa yang datang menaiki tangga?
        Dia meninggalkan kasurnya dan memusatkan telinganya ke pintu. Dia memeriksanya tidak ada apa-apa.
        Dia membuka pintu. Dia berdiri melihat dan mendengar dalam kegelapan. Angin hangat berhembus menuju rumah. Angin lewat dan berdesir seperti kucing.
        Dia menghidupkan saklar lampu. Tak ada yang terjadi. Listrik tidak bekerja.
Dunning menjaga lilin disebelah kasur dan sebuah kotak korek api dibawah bantal. Dia merasakan sebuah kotak korek api, tetapi dia merasa sebuah mulut dengan gigi tajam dan berbulu!
Dia ketakutan bahwa dia berlari keluar kamar. Dia mengunci dirinya di kamar tidur yang lain. Semua terus terjadi dalam malam dia mendengar kegaduhan diluar pintu. Dia tidak bisa tidur.
        Di pagi hari, dia membuka pintu dengan hati-hati. Dia melihat kamar tidurnya. Dia tidak melihat sesuatu yang terjadi. Tetapi dia merasa sangat takut. Dia memutuskan untuk tidak tinggal di rumahnya. Dia berpakaian dengan cepat, mengemasi tas kantornya, dan pergi untuk tinggal di hotel di Piccadilly.
        Dia mengirim sebuah surat untuk Pak Henry Harrington. Harrington datang ke hotel di malam hari. Mereka makan malam bersama.
        Dunning menceritakan Harrington tentang berbagai hal yang aneh yang telah terjadi. Dia menanyai Henry tentang saudara laki-lakinya – John Harrington.
‘Saudaraku,’Harrington memulai, ‘menjadi aneh.
Untuk dua bulan, dia berpikiran seseorang telah mengikutinya. Dia berbicara tentang Magic.’
        ‘Magic!’ Dunning mengatakannya dengan terkejut. ‘Mengapa saudaramu berbicara tentang itu?’
‘John tahu sedikit tentang sihir, ‘Harrington berkata.’Sebelum kesukaran itu muncul, John menulis tentang sebuah buku sihir untuk surat kabar. Dia mengatakan bukunya omong kosong. Pengarang buku itu sangat marah. Pengarangnya bernama Karswell.’
        ‘Karswell!’ Dunning berkata.
‘Apakah kau tahu dia?’ Harrington bertanya.
‘Ya, Saya tahu,’ kata Dunning. ‘Dia ingin memberikan buku magic untuk Lembaga Museum. Saya tidak ingin itu ada di Perpustakaan. Saya memberitahukan kepadanya bahwa buku itu omong kosong belaka.
        ‘Kemudian kau dalam bahaya,’ Harrington berkata.’Saya yakin bahwa Karswell membunuh saudaraku dengan sihir! Saya akan menceritakan semuanya.’
        Dua orang pria selesai makan. Mereka duduk meminum miras dan merokok.
‘Karswell sangat marah karena John telah mengatakan bukunya hanya omong kosong, ‘Henry Harrington berjalan ditempat. ‘Kemudian suatu malam, sesuatu yang aneh terjadi. John pergi ke sebuah konser. Dia menjatuhkan programnya. Seorang pria mengambilnya dan memberikannya kembali.
        ‘Ketika John tiba dirumah, dia membuka program rencananya. Secarik kertas didalamnya. Merah janggal dan surat ancaman tertulis di kertas itu. John menunjukkannya kepadaku.’Ini terjadi akhir juni,’ucap Henry Harrington. ‘Cuaca menjadi dingin dan kita membakar bara api. Kita melihat  kertas ketika tiba-tiba pintu terbuka.
        ‘semilir angin hangat, di malam yang dingin?’ Dunning berucap.
‘Ya, saya mengingat itu dengan jelas,’kata Harrington. ‘Itu seperti sesuatu yang datang ke kamar. Dari malam, John bermimpi aneh. Dia memikirkan bahwa seseorang telah menemukannya. Dia tidak ingin pergi keluar. Dia menjaga cahaya dalam rumahnya dan tidak ingin sendirian.’
        ‘Dan apakah kau melihat siapa yang telah menemukannya?’ Dunning bertanya.
‘Tidak, Saya tidak tahu, ‘Harrington membalas.’Tetapi saya melihat sesuatu apapun. Itu adalah sebuah kalender. Itu datang dari pos. Setiap tanggal 18 september memotongnya.’
        ‘Dan tanggal berapa pada waktu konser?’ Dunning berkata.
‘Itu tanggal 18 Juni – tiga bulan sebelum saudaraku mati, Harrington berkata.
‘Dan saudaramu mati pada tanggal 18 September, di kampung perjalanan?’ Dunning bertanya.
‘Ya,’kata Harrington. ‘Dia berlari dari sesuatu. Polisi mengatakan dia lehernya patah ketika dia merasa berada di sebuah pohon. Tetapi saya pikir dia mati ketakutan.’
‘Tetapi kau mengatakan kepadaku dia takut pergi keluar rumah,’Dunning berkata. ‘Mengapa dia berjalan disepanjang jalan pedesaan di waktu malam?’
        ‘Karena sepuluh hari sebelum kematiannya, Kesukaran berhenti,Harrington berkata.’John merasa lebih baik. Tak ada yang menemukannya. Dia pasti pergi ke Negara untuk istirahat.’
        ‘Saya melihat,’kata Dunning. ‘Apa saudaramu berpikir Karswell telah membuat permasalahan?’
‘Ya, dia,’Harrington berkata.’John merasa sehat. ‘John mengingat Buku sihir Karswell. Buku menceritakan suatu jalan untuk membunuh lawan. Seorang tukang sihir memberi sebuah kertas dengan tulisan sihir untuk lawannya. Syaitan atau iblis mengikuti lawan dan membunuhnya.’
‘Tetapi bisakah seseorang melepasnya?’ Dunning bertanya.
‘Ya, dia bisa, ‘Kata Harrington. ‘Dia bisa melawan jika dia memberikan kertas itu kembali ke tukang sihir. Saudaraku tidak bisa melakukannya karena kertas telah terbakar. Jadi kau harus hati-hati sekali. Kau harus tidak membawa apapun dari Karswell.’
        ‘Tapi saya punya!’ucap Dunning dan berdiri di tempat. ‘Dia menyampaikan kepadaku kertasku dalam Museum.
        ‘Kemudian kita harus melihat kertas itu dengan seketika,’Kata Harrington.
Dua orang pria pergi dengan cepat ke Rumah Kosong Dunning. Pelayan merasa tidak enak badan. Listrik masih belum bekerja. Rumah berada dalam suasana gelap.Dunning menyalakan sebuah lilin.
        Dia merasa takut. Dia berpikir bahwa seseorang dalam rumahnya. Seseorang yang menunggu untuknya. Dia membuka tas kerjanya dan mengambil keluar kertasnya. Dia tidak melihatnya sejak dia meninggalkan Museum. Dia terus melihat kertas. Tiba-tiba sesuatu berpindah. Selembar kertas melompat ke udara dan terbang kea rah lilin.
        Henry Harrington dengan cepat. Dia menangkap kertas sebelum terbakar. Dia melihatnya dengan cahaya lilin. Dia melihat hitam janggal dan surat merah.
        ‘Melihat yang tertulis,’Dia mengatakan kepada Dunning. Ini sama dengan kertas yang diberikan untuk saudaraku.’Apa yang harus kita lakukan sekarang?’Kata Dunning.
        ‘Kita harus mengembalikan kertas kembali ke Karswell,’Harrington berkata. ‘Apa hari yang kamu dapatkan itu?’
‘Kemaren,’Dunning mengatakan, ’23 April.’
‘Kemudian kita mempunyai tiga bulan,’kata Henry. ‘Kita punya hingga 23 Juli.’
        Harrington membayar detektif untuk melihat Karswell. Karswell ada di Lufford Abbey. Dia tidak pernah keluar. Masalahnya adalah bagaimana untuk masuk ke Lufford Abbey – atau bagaimana untuk mendapatkan Karswell keluar.
        Sepertinya tidak ada jalan untuk mendapatkanya. Tidak ada pengunjung yang pernah ke Lufford Abbey. Mereka mencoba untuk mendapatkan Karswell keluar dari Lufford Abbey. Mereka mengirim undangan untuk Karswell. Mereka memasukan nama orang lain pada undangannya. Mereka mengajak Karswell untuk makan malam dan untuk bertemu. Karswell menolak semua undangan. Dia tidak pernah meninggalkan Lufford Abbey. April lewat dan jadi apakah juni dan paling tidak juli. Pada 20 juli, Dunning tahu dia pergi untuk mati. Dia menulis surat untuk temannya dan dia menulis dia akan.
        Bahwa dimalam hari telegram datang dari detektif yang telah melihat rumah Karswell.

KARSWELL  MENINGGALKAN STASIUN VIKTORIA
DENGAN KERETA-BOAT KE PERANCIS
PADA JUM’AT MALAM 22 JULI.

        ‘Sekarang kita bisa menemukan sebuah jalan memberikan kertas kembali ke Karswell, ‘Harrington memberitahu Dunning. ‘Kita bisa mendapatkannya di kereta dan duduk disampingnya.’
        ‘Tetapi saya harus memberikan kertas kembali padanya,’kata Dunning. ‘Karswell tahu aku. Bagaimana bisa saya lakukan itu?’
        ‘Dengarkan,’ucap Harrington. ‘Saya mempunyai rencana. Kau harus memakai jenggot palsu dan pakaian yang berbeda. Saya akan mendapatkan kereta di Stasiun Viktoria. Saya akan menemukan Karswell dan duduk dekat dengannya.
        ‘Kereta-Boat berhenti di Croydon. Kamu akan mendapatkan kereta di Croydon dan duduk dekatku. Kita akan di kereta bersama-sama dengan Karswell. Kita akan menemukan jalan untuk memberikannya surat.
        Dunning menunggu di Rel Kereta api stasiun Croydon. Dia khawatir. Kereta-boat terlambat. Ketika kereta tiba, Harrington melihat kearah luar jendela.
        ‘Dunning mendapatkan kereta. Harrington duduk dalam posisi yang sama dengan Karswell. Dunning duduk dan membuka buku. Kertas didalam sampul buku.
        Dunning tidak melihat Harrington. Tetapi Karswell melihat kedua pria dengan hati-hati. Dunning memakai jenggot palsu dan topi besar.
        Karswell berdiri. Dia melepas jasnya di tempat duduk. Dia berjalan keluar menuju koridor untuk merokok. Dunning pergi untuk mengambil jas. Tetapi Karswell kembali secara tiba-tiba. Dia menatap Dunning sangat hati-hati, kemudian duduk lagi. Beberapa menit lewat. Kereta semakin lebih dekat dan lebih dekat ke Dover. Dunning merasa panas dan takut. Bagaimana bisa memberikan kertas kembali ke Karswell?
        Pengumpul tiket datang memasuki koridor. Dia melihat tiket Dunning dari Croydon. Karswell mengambil dompet dalam saku jasnya.
        Harrington berdiri dan menyenggol  jas dan jatuh ke lantai. Dompet karswell juga ikut terjatuh.
‘Saya minta maaf sekali, ‘ucap Harrington dan mengambil jas itu. Pada waktu yang sama, dia menendang dompet kearah Dunning. Dia memberikan jasnya ke Karswell dan berkata, ‘Disini punyamu.’
        Karswell tidak mengambil jas. Dia menatap Harrington dengan tatapan rasa benci. Dunning mengambil Dompet dari lantai ketika Karswell memandang Harrington. Harrington menaruh jas kembali di antara tempat duduk Karswell. Kemudian dia mengambil dan menunjukkan tiketnya kepada pengumpul tiket. Selanjutnya pengumpul tiket, Karswell meloncat dan menyusulnya.
        ‘Maaf,’dia berkata,’bolehkah saya mendapatkan kuli barang di Dover untuk mengambil barang-barang di bagasi?’
        ‘Baiklah,pak,’ucap pengumpul tiket.’ Kita akan memberi waktu ke Dover dalam lima menit.’
Dunning dengan cepat memasukan kertas dalam dompet Karswell. Kemudian menjatuhkan dompet ke lantai. Karswell kembali ke gerbong.
        ‘Apakah Ini milikmu, pak?’ Dunning bertanya, mengambilkan dompet. Karswell melihat Dompetnya pada tangan Dunning.
        ‘Terimakasih banyak, ucapnya. Dan dia mengambil dompet. Dia tidak mengambil jasnya.
Kereta semakin pelan. Gerbong menjadi gelap. Semilir angin hangat mulai berhembus. Kereta berhenti di Stasiun Dover. Karswell mendapati keretanya mati dan segera berhenti. ‘Portir!’ dia berteriak. Seorang Portir datang berlari. ‘Portir, ambilkan barang-barangku dan jasku ke kapal.
        Dia melihat kembali ke Harrington dan memberikan sebuah senyum jahat. Kemudian berjalan kea rah boat.
        Dunning dan Harrington menunggu di Peron Stasiun. Porter mengambil barang-barang Karswell ke boat. Mereka mendengar ucapan petugas, Maaf,tuan, kamu jangan mebawa binatang di kapal.’
        Di waktu selanjutnya,
        ‘Maaf,tuan. Saya berpikir kamu mempunyai seekor hewan dengan mu. Saya melihat itu hanya sebuah jas.
        Karswell mendapatkannya di kapal ke Perancis. Dunning dan Harrington naik kereta kembali ke London.
        Dua hari selanjutnya, sebuah pemberitahuan Nampak dalam Surat kabar The Times.

THE TIMES
KECELAKAAN
            Abbeville, Perancis 23 Juli 1900
Disana telah terjadi kecelakaan  di St Wulfram Church. Seorang pendatang Inggris terjatuh dari Menara Gereja. Dia mati dengan seketika. Nama pelancong Bpk Karswell, dari Lufford Abbey.


        

Arsip

    Malam ini kumelamun, memandangi sudut ruangan, diam tak bisa berucap. Ku tatap sang payung mega begitu kelam di tengah keheningan malam. Hujan membasahi bumi tempatku berpijak, mataku sejenak berlinang terjun ke masa lalu. Namun suara deru hujan dan gemericik air memberiku kekuatan baru memacu adrenalinku melangkah maju dan memberikan kesejukan hati dan mengisi bilik yang kosong.
    Tak tahu mengapa pikiranku tertuju pada masa-masa lalu, memikirkan seseorang yang seakan mengisi jantung hatiku yang hilang. Ku teringat isak tangis kehilangan, anak-anak kecil di lereng merapi. Saat ku berpijak dan berjalan menyusuri rerumputan, kutatapi keadaan yang berubah. Ku ayuh sebitku menebar dedaunan dan ilalang tak berguna di depanku. Pelan-pelan ku penuhi sampai ku dapat tempat yang istimewa.

Sejarah Sastra Indonesia

Sastra Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sampul Buku "Deru Campur Debu" karya Chairil Anwar - sastrawan Indonesia Angkatan 45
Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.
Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.
Daftar isi
[sunting] Periodisasi
Sastra Indonesia terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
  • Angkatan Pujangga Lama
  • Angkatan Sastra Melayu Lama
  • Angkatan Balai Pustaka
  • Angkatan Pujangga Baru
  • Angkatan 1945
  • Angkatan 1950 - 1960-an
  • Angkatan 1966 - 1970-an
  • Angkatan 1980 - 1990-an
  • Angkatan Reformasi
  • Angkatan 2000-an
[sunting] Pujangga Lama
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.[1]
[sunting] Karya Sastra Pujangga Lama
[sunting] Sejarah
[sunting] Hikayat
[sunting] Syair
[sunting] Kitab agama
  • Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
  • Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
  • Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
  • Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri
[sunting] Sastra Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
[sunting] Karya Sastra Melayu Lama
  • Robinson Crusoe (terjemahan)
  • Lawan-lawan Merah
  • Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
  • Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
  • Kapten Flamberger (terjemahan)
  • Rocambole (terjemahan)
  • Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
  • Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
  • Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
  • Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
  • Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
  • Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
  • Cerita Nyi Paina
  • Cerita Nyai Sarikem
  • Cerita Nyonya Kong Hong Nio
  • Nona Leonie
  • Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
  • Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
  • Cerita Rossina
  • Nyai Isah oleh F. Wiggers
  • Drama Raden Bei Surioretno
  • Syair Java Bank Dirampok
  • Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
  • Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
  • Tambahsia
  • Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
  • Nyai Permana
  • Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo)
  • dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya
[sunting] Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]
Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:
·         Azab dan Sengsara (1920)
·         Binasa kerna Gadis Priangan (1931)
·         Cinta dan Hawa Nafsu
·         Siti Nurbaya (1922)
·         La Hami (1924)
·         Anak dan Kemenakan (1956)
·         Tanah Air (1922)
·         Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
·         Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
·         Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923)
·         Cinta yang Membawa Maut (1926)
·         Salah Pilih (1928)
·         Karena Mentua (1932)
·         Tuba Dibalas dengan Susu (1933)
·         Hulubalang Raja (1934)
·         Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
·         Tak Disangka (1923)
·         Sengsara Membawa Nikmat (1928)
·         Tak Membalas Guna (1932)
·         Memutuskan Pertalian (1932)
·         Darah Muda (1927)
·         Asmara Jaya (1928)
·         Pertemuan (1927)
·         Salah Asuhan (1928)
·         Pertemuan Djodoh (1933)
·         Menebus Dosa (1932)
·         Si Cebol Rindukan Bulan (1934)
·         Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)
[sunting] Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang.
Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
  1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
  2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
[sunting] Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru
[sunting] Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.
[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
[sunting] Angkatan 1950 - 1960-an
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an
[sunting] Angkatan 1966 - 1970-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966
[sunting] Angkatan 1980 - 1990an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an
[sunting] Angkatan Reformasi
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
[sunting] Angkatan 2000-an
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000